Tidak ada yang lebih ditunggu daripada menyambut kehadiran buah hati ke dunia. Bunda mungkin sudah membayangkan pelukan pertama, tangis pertamanya, dan berat badan ideal yang menunjukkan ia lahir sehat. Namun, saat mendengar kabar bahwa berat lahir si kecil lebih rendah dari yang diharapkan, wajar jika hati Bunda langsung diliputi rasa khawatir.
Kami paham betapa besar harapan Bunda agar si kecil lahir sehat. Ingatlah, berat lahir hanyalah salah satu indikator kondisi bayi. Dengan perawatan yang tepat dan dukungan penuh dari tenaga medis, banyak bayi BBLR yang tumbuh menjadi anak yang sehat, aktif, dan penuh senyum — persis seperti yang Bunda impikan sejak awal kehamilan.
Apa itu Berat Badan Lahir Rendah?
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah kondisi ketika bayi lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram, terlepas dari usia kehamilan. Definisi ini digunakan secara global oleh World Health Organization (WHO) dan menjadi acuan banyak lembaga kesehatan, termasuk di Indonesia.
Klasifikasi (Acuan WHO & Klinis)
Klasifikasi membantu tenaga kesehatan menilai kebutuhan perawatan bayi dengan BBLR:
- BBLR — Berat Badan Lahir Rendah (Low Birth Weight): < 2.500 gr
- BBLSR — Berat Badan Lahir Sangat Rendah (Very Low Birth Weight): < 1.500 gr
- BBLASR — Berat Badan Lahir Amat Sangat Rendah (Extremely Low Birth Weight): < 1.000 gr
BBLR vs Bayi Prematur, Tidak Selalu Sama
Sering kali orang mengira BBLR = prematur, padahal tidak selalu:
- Bayi Prematur: lahir <37 minggu usia kehamilan. Mereka sering memiliki berat rendah, tetapi fokusnya adalah usia kehamilan.
- Bayi BBLR: dinilai berdasarkan berat lahir, apa pun usia kehamilannya. Bayi cukup bulan bisa BBLR bila mengalami pertumbuhan janin terhambat.
Jadi, tidak semua bayi prematur adalah BBLR, dan tidak semua bayi BBLR lahir prematur.
Mengapa ini penting untuk diketahui orang tua?
Memahami apa itu berat badan lahir rendah (BBLR) dan klasifikasinya membantu Bunda/Ayah mengenali kebutuhan bayi sejak awal — mulai dari cara menjaga suhu tubuh, asupan nutrisi/ASI, hingga pemantauan tumbuh kembang janin. Di samping itu, definisi yang tepat mempermudah komunikasi dengan tenaga kesehatan dan memastikan rencana perawatan yang sesuai konteks klinis.

Selanjutnya, kita akan membahas penyebab berat badan lahir rendah, mulai dari prematuritas, pertumbuhan janin terhambat, sampai faktor kesehatan ibu dan kehamilan — agar Bunda sebagai orang tua memahami apa yang bisa dikendalikan selama hamil dan kapan perlu konsultasi.
Penyebab Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat badan lahir rendah (BBLR) terjadi terutama karena bayi lahir terlalu dini (prematur), pertumbuhan janin terhambat (IUGR/PJT), atau keduanya. Inilah dua jalur biologis utama yang menurunkan berat lahir bayi.
1. Prematuritas (< 37 minggu)
Prematur berarti bayi lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu. Karena waktu tumbuh di kandungan berkurang, berat lahir cenderung lebih rendah dan bayi lebih rentan membutuhkan perawatan khusus. WHO menegaskan definisi dan subkategori prematur (sangat, sedang, hingga late preterm).
Di Indonesia, laman edukasi Kemenkes (AyoSehat) menempatkan kelahiran prematur sebagai salah satu pemicu utama bayi dengan berat badan lahir rendah.
2. Pertumbuhan Janin Terhambat (IUGR/PJT)
IUGR (Intrauterine Growth Restriction), atau Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) adalah kondisi ketika janin tidak tumbuh sesuai usia kehamilan, misalnya akibat aliran darah plasenta yang kurang optimal, infeksi, atau penyakit ibu. Bayi dapat lahir cukup bulan namun BBLR jika mengalami IUGR. Ringkasan medis MedlinePlus menjelaskan IUGR sebagai hambatan pertumbuhan intrauterin yang menurunkan berat lahir.
3. Faktor Ibu (Maternal)
Sejumlah kondisi pada ibu berkaitan erat dengan berat badan lahir rendah (BBLR):
- Gizi kurang/malnutrisi dan anemia selama hamil (kualitas asupan mempengaruhi pertumbuhan janin).
- Hipertensi/preeklampsia atau penyakit kronis lain yang mengganggu aliran darah ke plasenta.
- Infeksi saat hamil (mis. malaria, infeksi urin, TORCH) yang dapat memicu IUGR atau persalinan dini.
- Merokok (aktif/pasif), alkohol, dan NAPZA — semuanya meningkatkan risiko IUGR dan BBLR.
4. Faktor Kehamilan (Obstetrik)
- Kehamilan ganda (kembar/lebih), nutrisi dan ruang harus dibagi, sehingga risiko BBLR meningkat.
- Masalah plasenta (mis. insufisiensi/solusio/previa) yang menghambat pasokan oksigen dan nutrisi ke janin, memicu IUGR dan BBLR.
5. Faktor Bayi (Fetal)
Kelainan bawaan/sindrom genetik atau infeksi kongenital dapat membatasi pertumbuhan janin dan menghasilkan berat badan lahir rendah (BBLR).
Di samping itu, Kemenkes mengingatkan orang tua untuk mewaspadai pemicu BBLR di atas — mulai dari prematuritas, gangguan kehamilan, hingga faktor gaya hidup ibu — karena semuanya saling terkait melalui jalur prematur dan/atau IUGR.
IDAI juga menegaskan bahwa BBLR bisa terjadi pada bayi prematur maupun cukup bulan, sehingga penyebab dan kebutuhan perawatannya tidak selalu sama.
Sampai di sini, kita sudah memahami penyebab langsung BBLR: prematuritas dan IUGR/PJT, ditambah faktor ibu, kehamilan, dan bayi yang berperan.
Faktor Risiko Berat Badan Lahir Rendah
Beberapa kondisi dan kebiasaan dapat meningkatkan peluang bayi lahir dengan berat di bawah 2.500 gram, meskipun sebagian faktor berada di luar kendali ibu.
1. Usia Ibu (< 20 atau > 35 Tahun)
Ibu yang hamil di usia sangat muda (remaja) atau lebih tua dari 35 tahun memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi BBLR. Pada usia remaja, tubuh ibu masih dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhan gizi terbagi antara ibu dan janin. Sementara itu, kehamilan di atas 35 tahun cenderung disertai risiko komplikasi seperti hipertensi atau diabetes yang dapat mempengaruhi pertumbuhan janin.
2. Riwayat Melahirkan Bayi BBLR Sebelumnya
Ibu yang pernah melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah memiliki kemungkinan lebih besar mengalami hal yang sama pada kehamilan berikutnya. Hal ini bisa terkait faktor genetik, kondisi kesehatan ibu, atau kebiasaan yang belum berubah.
3. Kehamilan Ganda
Mengandung bayi kembar dua atau lebih meningkatkan risiko BBLR karena ruang dalam rahim terbatas dan suplai nutrisi harus dibagi. Selain itu, kehamilan ganda lebih rentan mengalami persalinan prematur.
4. Kondisi Kesehatan Ibu
Beberapa penyakit atau kondisi medis dapat mempengaruhi pertumbuhan janin, seperti:
- Diabetes yang tidak terkontrol – dapat memicu kelahiran prematur.
- Hipertensi atau preeklampsia – mengganggu aliran darah ke plasenta.
- Anemia – mengurangi suplai oksigen dan nutrisi ke janin.
Pengelolaan penyakit kronis dengan pengawasan dokter sangat penting untuk mengurangi risiko.
5. Kebiasaan Hidup Tidak Sehat
Merokok, konsumsi alkohol, dan penggunaan narkotika dapat menghambat suplai oksigen dan nutrisi ke janin, sehingga pertumbuhan janin terhambat. Bahkan paparan asap rokok dari lingkungan (perokok pasif) juga dapat meningkatkan risiko BBLR.
Gejala & Ciri Fisik Bayi BBLR
Berikut tanda-tanda fisik yang umum ditemukan pada bayi BBLR:
1. Berat Lahir < 2.500 Gram
BBLR didefinisikan secara medis jika bayi lahir dengan berat kurang dari 2,5 kg. Penimbangan dilakukan segera setelah lahir, biasanya dalam satu jam pertama. Bayi BBLR bisa saja lahir cukup bulan, namun beratnya di bawah batas normal akibat pertumbuhan janin yang terhambat (IUGR) atau faktor lain.
2. Tubuh Kecil dengan Kepala Tampak Lebih Besar
Proporsi tubuh bayi BBLR biasanya tampak tidak seimbang — kepala terlihat relatif lebih besar dibandingkan tubuhnya. Hal ini bukan berarti ada kelainan otak, melainkan karena massa tubuh (terutama otot dan lemak) lebih sedikit dibandingkan bayi dengan berat lahir normal.
3. Lemak Tubuh Minim, Kulit Tipis & Mengkilap
Bayi BBLR umumnya memiliki lapisan lemak yang sangat tipis sehingga kulitnya tampak transparan, mengkilap, dan mudah terlihat pembuluh darah di bawahnya. Kondisi ini membuat bayi lebih rentan mengalami hipotermia karena tubuh sulit menahan panas.
4. Sulit Mengatur Suhu Tubuh
Kurangnya lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu (termoregulasi) yang belum matang menyebabkan bayi BBLR cepat kehilangan panas. Bayi bisa terlihat menggigil, kaki dan tangan terasa dingin, atau suhu tubuhnya turun di bawah 36,5°C. Kondisi ini memerlukan pemantauan ketat dan sering kali membutuhkan perawatan di inkubator atau metode Kangaroo Mother Care (KMC).
Risiko & Dampak Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
A. Risiko Jangka Pendek (Neonatal)
Dalam periode newborn, bayi BBLR lebih rentan mengalami:
- Hipotermia (suhu tubuh rendah), lemak subkutan minim dan termoregulasi belum matang membuat bayi sulit mempertahankan panas; karenanya, pemantauan suhu dan penghangatan sangat krusial.
- Hipoglikemia (gula darah rendah), cadangan energi terbatas meningkatkan risiko hipoglikemia pada hari-hari pertama, yang perlu deteksi dan tata laksana segera.
- Infeksi, sistem imun yang belum matang membuat bayi BBLR lebih mudah terinfeksi, sehingga kebersihan, ASI, dan pemantauan klinis sangat penting.
Gangguan pernapasan, terutama pada bayi kecil/prematur, paru belum matang sehingga rawan breathing problems (mis. respiratory distress syndrome) dan membutuhkan observasi ketat.
B. Risiko Jangka Panjang (Tumbuh Bembang)
Dampak BBLR dapat berlanjut setelah masa neonatal:
- Keterlambatan perkembangan (motorik, bahasa, kognitif) dan kesulitan belajar pada usia sekolah — risikonya lebih tinggi daripada bayi dengan berat lahir normal.
- Risiko stunting dan masalah gizi di masa awal kehidupan; anak yang lahir BBLR lebih rentan mengalami pertumbuhan linear terhambat.
- Konsekuensi jangka panjang tertentu (mis. penyakit metabolik saat dewasa) dilaporkan lebih sering pada kelompok low birth weight; karenanya pemantauan jangka panjang disarankan.
C. Pentingnya Intervensi Dini
Untuk menekan risiko & dampak BBLR, lakukan langkah-langkah berbasis bukti berikut — segera setelah lahir dan berlanjut di rumah:
- Kangaroo Mother Care (KMC) segera: WHO kini menganjurkan kontak kulit-ke-kulit dimulai segera setelah lahir untuk bayi kecil/prematur (kecuali kondisi kritis tertentu). KMC membantu stabilisasi suhu, mendukung menyusui, dan menurunkan morbiditas/mortalitas.
- Stabilisasi suhu & monitoring: pencegahan hipotermia (inkubator/warmer/KMC) dan pemeriksaan gula darah berkala pada periode awal.
- Dukungan nutrisi & ASI: karena bayi BBLR sering kesulitan menyusu/berat naik, pendampingan menyusui dan pemantauan pertumbuhan teratur sangat dianjurkan.
- Kontrol tumbuh kembang terjadwal: follow‑up pascapulang (home visit/kunjungan teratur) untuk deteksi dini masalah perkembangan.
Untuk memperdalam pemahaman mengenai risiko dan dampak berat badan lahir rendah (BBLR), simak penjelasan dari dr. Dwi Hidaya, Sp.A (K), M.Kes dalam video yang dipublikasikan oleh RSUD Dr. Moewardi melalui kanal Youtubenya, yaitu RSUD Dr. Moewardi Official.
Diagnosis & Penanganan Medis Bayi BBLR
Penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) harus dilakukan segera setelah lahir untuk mengurangi risiko komplikasi. Proses ini mencakup pemeriksaan awal, pemantauan ketat, dan pemberian perawatan khusus sesuai kebutuhan medis bayi.
Pemeriksaan Berat Lahir di Ruang Bersalin
- Penimbangan dini dilakukan dalam 1 jam pertama untuk memastikan apakah bayi tergolong BBLR (< 2.500 gram) sesuai kriteria WHO dan Kemenkes RI.
- Hasil berat lahir dicatat di buku KIA atau rekam medis untuk memudahkan pemantauan pertumbuhan.
- Selain itu, pemeriksaan fisik menyeluruh dilakukan untuk mendeteksi tanda bahaya seperti hipotermia atau kesulitan bernapas.
Indikasi Perawatan di NICU atau Inkubator
- Bayi BBLR < 2.000 gram, bayi prematur, atau yang mengalami gangguan pernapasan memerlukan perawatan intensif di NICU.
- Inkubator atau radiant warmer digunakan untuk menjaga suhu tubuh agar stabil.
- Perawatan khusus juga diperlukan bila bayi menunjukkan tanda distres pernapasan, infeksi, atau hipoglikemia.
Pemantauan Tanda Vital
- Suhu tubuh diperiksa setiap 3–4 jam untuk mencegah hipotermia.
- Detak jantung dan laju pernapasan dimonitor secara berkala dengan alat medis neonatal.
- Kadar gula darah dipantau untuk mendeteksi hipoglikemia sejak dini.
- Pemantauan intensif ini penting terutama di minggu pertama, saat risiko komplikasi paling tinggi.
Pemberian ASI / Donor ASI atau Susu Formula Khusus BBLR
- ASI eksklusif adalah pilihan terbaik untuk bayi BBLR karena mengandung nutrisi dan antibodi yang penting untuk pertumbuhan dan daya tahan tubuh.
- Jika bayi belum mampu menyusu langsung, ASI dapat diberikan melalui cup feeding atau selang nasogastrik.
- Jika ASI ibu tidak tersedia, ASI donor dari bank ASI yang terverifikasi menjadi alternatif.
- Susu formula khusus BBLR hanya digunakan bila ASI dan donor ASI tidak tersedia, dengan rekomendasi dokter.
Cara Merawat Bayi BBLR di Rumah
Merawat bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di rumah membutuhkan langkah yang terukur agar bayi tetap hangat, cukup gizi, dan terpantau dengan baik. Perawatan rumah yang tepat — terutama kontak kulit ke kulit dan ASI eksklusif — telah terbukti membantu stabilisasi kondisi dan menurunkan risiko komplikasi.
1. Kangaroo Mother Care (KMC): Kontak Kulit ke Kulit
Mulai dan rutinkan KMC segera ketika bayi stabil; bayi ditempelkan pada dada ibu/ayah (kulit ke kulit) secara berkala dan sesering mungkin.
Manfaat KMC: membantu menjaga suhu tubuh, mendukung menyusui, dan menurunkan morbiditas; kebijakan terbaru WHO menganjurkan kontak kulit ke kulit segera untuk bayi kecil/prematur (tanpa dipisah dari orang tua bila memungkinkan).
Lakukan KMC di ruangan hangat dan tenang; praktik ini juga ditekankan di materi edukasi IDAI untuk perawatan bayi kecil/prematur.
2. Jadwal Menyusui Teratur (ASI Eksklusif bila Memungkinkan)
- ASI eksklusif 6 bulan adalah rekomendasi global; untuk bayi BBLR, menyusui/ pemberian ASI cenderung lebih sering (± tiap 2–3 jam) karena cadangan energi rendah.
- Jika bayi belum kuat menyusu langsung, tenaga kesehatan dapat menyarankan cup feeding atau selang (NG/OG) sementara waktu; rujukan WHO tentang pemberian makan bayi BBLR mencakup pilihan cara, frekuensi, dan volume.
- Bila ASI ibu tidak tersedia/kurang, donor ASI dari bank ASI yang aman menjadi pilihan pertama; bukti WHO (ELENA) menunjukkan donor ASI menurunkan risiko infeksi usus berat dibanding formula. Formula khusus dipertimbangkan bila ASI ibu/donor tidak tersedia, sesuai anjuran dokter.
3. Menjaga Suhu Tubuh Bayi
- Bayi BBLR sangat rentan hipotermia; jaga suhu tetap hangat dengan KMC, pakaian berlapis + topi & kaus kaki, serta lingkungan yang tidak berangin. Materi edukasi IDAI merekomendasikan ruangan hangat (sekitar 24–27 °C) untuk bayi kecil/prematur.
- Tanda bayi kedinginan antara lain tangan‑kaki dingin, mengantuk, kesulitan menyusu, segera hangatkan dan hubungi tenaga kesehatan bila tidak membaik. (MedlinePlus juga menyebut trouble keeping warm sebagai masalah umum pada LBW).
4. Kontrol Rutin ke Dokter/Faskes
- Ikuti jadwal kunjungan postnatal dan pemantauan pertumbuhan (berat, panjang, lingkar kepala), sesuai rencana tenaga kesehatan dan Pedoman Pelayanan Neonatal Esensial Kemenkes.
- Konsultasikan kendala menyusu, kenaikan berat yang lambat, gangguan napas, atau demam agar intervensi segera dilakukan. (WHO menegaskan pentingnya pemantauan berkelanjutan untuk bayi kecil/prematur).
Setelah memahami cara merawat bayi BBLR di rumah, selanjutnya kita berfokus pada pencegahan BBLR selama kehamilan — mulai dari pemeriksaan ANC teratur, gizi seimbang & suplementasi, hingga berhenti merokok dan kendali penyakit ibu (hipertensi/diabetes/anemia). Langkah‑langkah ini berdampak langsung pada pertumbuhan janin dan peluang bayi lahir dengan berat optimal.
Pencegahan BBLR Selama Kehamilan
Langkah pencegahan BBLR selama kehamilan berfokus pada kunjungan antenatal yang teratur, gizi seimbang, berhenti merokok/alkohol/NAPZA, pengendalian penyakit ibu, serta istirahat dan dukungan psikologis yang memadai. Dengan perawatan yang konsisten, risiko berat badan lahir rendah (BBLR) pada bayi bisa ditekan secara bermakna.
1. Perawatan Antenatal Rutin
- Ikuti jadwal ANC yang dianjurkan: Kemenkes RI menargetkan minimal 6 kali kunjungan selama hamil; sementara WHO merekomendasikan 8 “kontak” untuk pengalaman kehamilan yang lebih aman dan positif. Keduanya bertujuan mendeteksi dini risiko (mis. anemia, hipertensi, IUGR) dan mengintervensi lebih cepat.
- Pastikan pemeriksaan tekanan darah, status gizi, hemoglobin, evaluasi pertumbuhan janin, dan edukasi gaya hidup di setiap kunjungan.
2. Pola Makan Bergizi (Protein, Zat Besi, Asam Folat)
- Konsumsi protein berkualitas (ikan, telur, daging tanpa lemak, tempe/tahu/kacang) untuk mendukung pertumbuhan jaringan janin.
- Suplementasi harian zat besi 30–60 mg + asam folat 400 µg adalah rekomendasi WHO untuk bagian dari layanan antenatal; intervensi ini menurunkan anemia ibu dan berkaitan dengan penurunan risiko BBLR.
- Lengkapi dengan sayur/buah, cairan cukup, dan suplemen lain sesuai arahan tenaga kesehatan.
3. Hindari Rokok, Alkohol, dan NAPZA
- Tidak ada ambang aman untuk rokok/alkohol selama hamil. Bukti konsisten menunjukkan paparan tembakau (termasuk perokok pasif) dan konsumsi alkohol meningkatkan risiko BBLR dan kelahiran prematur; hentikan dan minta dukungan profesional bila diperlukan.
- Edukasi lokal dari IDAI juga mengingatkan dampak asap rokok pada janin dan kesehatan anak ke depan.
4. Kendalikan Penyakit Kronis (Hipertensi, Diabetes)
Hipertensi/preeklamsia dan diabetes meningkatkan risiko pertumbuhan janin terhambat serta berat badan lahir rendah (BBLR). Ikuti kontrol terjadwal, patuhi obat, dan rencana nutrisi yang disepakati bersama tenaga kesehatan.
5. Istirahat Cukup dan Kelola Stres
- Tidur cukup (±7–9 jam), batasi pekerjaan berat, dan lakukan teknik relaksasi (pernapasan, aktivitas fisik ringan yang disetujui tenaga kesehatan).
- Dukungan psikososial selama ANC (edukasi, konseling, pendampingan) membantu Ibu menjaga kesehatan mental — faktor yang berkaitan dengan kepatuhan gizi, kebiasaan sehat, dan hasil kehamilan yang lebih baik. Rekomendasi WHO tentang ANC menempatkan konseling dan promosi kesehatan sebagai komponen inti.
Pertanyaan Umum Seputar Berat Badan Lahir Rendah
Berikut ini beberapa pertanyaan seputar berat badan lahir rendah (BBLR) yang seringkali ditanyakan oleh ibu hamil di Indonesia pada umumnya.